Makalah
Seminar
Manajemen Keuangan
Analisis
Laporan Keuangan
Di
Susun Oleh :
Windra Hadi Kusuma C 201 10 046
Fakultas
Ekonomi Jurusan Manajemen
Universitas
Tadulako
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan ke
hadirat Allah Subhanahu wata΄ala, karena
berkat rahmat-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Analisis
Laporan Keuangan”. Makalah
ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Seminar Manajemen Keuangan.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya.
Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penyusun mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan
bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Palu, Maret 2013
Penyusun
Windra Hadi Kusuma
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................................... i
DAFTAR ISI ............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
.................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah
.......................................................................... 3
1.3. Tujuan.............................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN
.................................................................................. 5
2.1. Pengertian Dasar Analisis Laporan
Keuangan................................. 5
2.2. Tujuan Analisis Laporan Keuangan................................................. 6
2.3. Analisis Rasio
Keuangan.................................................................. 7
2.4.
Keunggulan
Analisa Rasio............................................................... 7
2.5. Keterbatasan
Analisa Rasio.............................................................. 8
2.6. Jenis-Jenis
Rasio Keuangan.............................................................. 9
2.6.1. Rasio Likuiditas..................................................................... 9
2.6.2. Rasio Aktivitas...................................................................... 12
2.6.3. Rasio Hutang......................................................................... 16
2.6.4. Rasio Profitabilitas................................................................ 18
2.6.5 Rasio Pertumbuhan................................................................ 23
2.6.6. Rasio Penilaian...................................................................... 24
BAB III PENUTUP............................................................................................... 26
3.1. Kesimpulan....................................................................................... 26
3.2. Saran................................................................................................. 27
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 28
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Laporan keuangan merupakan alat yang
sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan
hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan. Data keuangan
tersebut akan lebih berarti bagi pihak-pihak yang berkepentingan apabila data
tersebut diperbandingkan untuk dua periode atau lebih, dan dianalisis lebih lanjut
sehingga dapat diperoleh data yang dapat mendukung keputusan yang akan diambil.
Sebelum mengadakan analisis terhadap
kondisi dari laporan keuangan suatu perusahaan serta untuk menilai hasil-hasil
yang telah dicapai ooleh perusahaan, umumnya yang sering digunakan sebagai
ukuran adalah analisis rasio.
Beberapa pendapat yang dikemukakan
oleh para ahli mengenai arti dari analisis rasio adalah sebagai berikut :“Pengertian rasio itu sebenarnya hanyalah
“Alat” yang dinyatakan dalam aritmatikal yang dapat digunakan untuk menjelaskan
hubungan antara 2 macam data finansial.” (Bambang Riyanto, 1990 : 253)
“Perbandingan
antara dua elemen laporan keuangan yang menunjukkan suatu indikator kesehatan
keuangan pada waktu tertentu.” (Adiningsih, 1998 : 260). Dari pengertian di
atas dapat disimpulkan bahwa rasio adalah alat ukur untuk mengukur kondisi
keuangan perusahaan sehingga dapat menjelaskan atau memberi gambaran tentang
posisi keuangan perusahaan kepada penganalisis.
Berdasarkan sumber datanya, dari
mana rasio itu dibuat, Djarwanto membagi rasio menjadi 3, yaitu :
1.
Rasio-rasio neraca, yaitu rasio-rasio yang disusun dari data
yang berasal dari neraca, misalnya : rasio lancar (current ratio), rasio cepat
(quick ratio), rasio modal sendiri dengan total aktiva, dan sebagainya.
2.
Rasio laporan laba rugi, yaitu rasio yang disusun dari data
yang berasal dari laporan perhitungan laba rugi, misalnya : Net Profit Margin
(NPM), Profit On Sales, dan sebagainya.
3.
Rasio-rasio antar laporan, yaitu rasio-rasio yang disusun
dari data yang berasal dari neraca dan laporan laba rugi, misalnya : Return On
Investment (ROI), Return On Equity (ROE), dan sebagainya. (Djarwanto P.S, 1984
: 136)
Berdasarkan tujuan penganalisisnya, Adiningsih membagi rasio keuangan
menjadi 6 kategori, yaitu :
1.
Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio), bertujuan mengukur
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
2.
Rasio Hutang (Leverage Ratio), bertujuan mengukur seberapa
besar operasi perusahaan dibiayai dengan hutang.
3.
Rasio Aktivitas (Activity Ratio), bertujuan mengukur
efektifitas operasi perusahaan dalam memanfaatkan sumber-sumber dana yang ada.
4.
Rasio keuntungan (Profitability Ratio), bertujuan mengukur
efektifitas operasi perusahaan dalam menghasilkan keuntungan.
5.
Rasio Pertumbuhan (Growth Ratio), bertujuan mengukur
kemampuan perusahaan dalam persaingan dengan perusahaan-perusahaan lain pada
industri yang sama.
6.
Rasio Penilaian (Valuation Ratio), bertujuan mengukur
kemampuan manajemen untuk menciptakan nilai pasar agar melebihi biaya modalnya.
1.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di
atas, maka rumusan masalah yang diambil dalam makalah ini, antara lain:
1.
Bagaimana
menganalisis laporan keuangan dengan menggunakan rasio likuiditas ?
2.
Bagaimana
menganalisis laporan keuangan dengan menggunakan rasio hutang?
3.
Bagaimana
menganalisis laporan keuangan dengan menggunakan rasio aktivitas ?
4.
Bagaimana
menganalisis laporan keuangan dengan menggunakan rasio profitabilitas ?
5.
Bagaimana
menganalisis laporan keuangan dengan menggunakan rasio pertumbuhan ?
6.
Bagaimana
menganalisis laporan keuangan dengan menggunakan rasio penilaian ?
1.3.
Tujuan
Adapun tujuan yang
ingin dicapai sehubungan dengan penulisan makalah ini, antara lain:
1.
Untuk
mengetahui cara menganalisis laporan keuangan dengan menggunakan rasio
likuiditas ?
2.
Untuk
mengetahui cara menganalisis laporan keuangan dengan menggunakan rasio hutang?
3.
Untuk
mengetahui cara menganalisis laporan keuangan dengan menggunakan rasio aktivitas
?
4.
Untuk
mengetahui cara menganalisis laporan keuangan dengan menggunakan rasio
profitabilitas ?
5.
Untuk
mengetahui cara menganalisis laporan keuangan dengan menggunakan rasio
pertumbuhan ?
6.
Untuk
mengetahui cara menganalisis laporan keuangan dengan menggunakan rasio
penilaian ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Pengertian Dasar Analisa Laporan
Keuangan
Analisis dan interprestasi laporan
keuangan adalah merupakan suatu proses untuk membantu memecahkan dan sekaligus
menjawab masalah-masalah yang timbul dalam suatu organisasi perusahaan maupun
organisasi yang tidak bertujuan untuk memperoleh laba. Analisis dan laporan
keuangan adalah suatu alat yang dapat dipergunakan untuk membuat suatu
keputusan, antara lain mengenai rencana-rencana perluasan perusahaan, penanaman
modal (investasi), pencarian sumber-sumber dana operasi perusahaan, bagi penanam
modal (investor). Analisis atas ikhtisar keuangan juga merupakan suatu alat
yang sangat membantu di dalam proses penilaian dan memproyeksikan keadaan
keuangan dan hasil usaha suatu proyek atau perusahaan. Jadi analisis dan
interprestasi bukanlah merupakan tujuan, tetapi analisis dan interprestasi
hanyalah merupakan suatu alat untuk membuat atau mengambil keputusan untuk
mencapai tujuan tersebut.
Pengertian lain tentang analisa
laporan keuangan adalah: “Analisa laporan keuangan mencakup penerapan metode dan
teknik analitis atas laporan keuangan dan data lainnya untuk melihat dari
laporan itu ukuran-ukuran dan hubungan tertentu yang sangat berguna dalam
proses pengambilan keputusan”. Menurut Bersntein, yaug dikutip oleh Harahap
(1997, hal 190) dikemukakan bahwa pengertian Analisa laporan keuangan sebagai
berikut: “ Mempelajari hubungan-hubungan
di dalam suatu setiap laporan keuangan pada suatu saat tertentu dan
kecenderungan-kecenderungan dari hubungan itu sepanjang waktu ”.
2.2.
Tujuan Analisa Laporan Keuangan
Analisa laporan keuangan yang
dilakukan dimaksudkan untuk menambah informasi yang ada dalam suatu laporan
keuangan, kegunaan atau tujuan dari analisa laporan keuangan adalah sebagai
berikut:
a) Dapat memberikan informasi yang
lebih luas, lebih dalam daripada yang terdapat dari laporan keuangan biasa.
b) Dapat menggali informasi yang tidak
tampak secara kasat mata dari suatu laporan keuangan atau yang berada dibalik
laporan keuangan.
c) Dapat mengetahui kesalahan yang
terkandung di dalam laporan keuangan.
d) Dapat membongkar hal-hal yang
bersifat tidak konsisten dalam hubungannya dengan suatu laporan keuangan baik
dikaitkannya dengan komponen intern laporan keuangan maupun kaitannya dengan
informasi yang diperoleh dan luar perusahaan.
e) Dapat menentukan peringkat (rating) perusahaan menurut kriteria
tertentu yang sudah dikenal dalam dunia bisnis.
f) Dapat membandingkan situasi
perusahaan dengan perusahaan lain dengan periode sebelumnya atau dengan standar
industri normal atau industri ideal.
g) Dapat memahami situasi dan kondisi keuangan
yaug dialami perusahaan, baik posisi keuangan, hasil usaha, stuktur keuangan,
dan sebagainya.
h) Bisa juga memprediksi potensi apa
mungkin dialami perusahaan dimasa yang akan datang.
2.3.
Analisa Rasio Keuangan
Untuk
menilai kondisi keuangan dan prestasi perusahaan, analis keuangan memerlukan
beberapa tolak ukur. Tolak ukur yang sering dipakai adalah rasio atau indeks,
yang menghubungkan dua data keuangan yang satu dengan yang lainnya. Analisis
dan interprestasi dari macam-macam rasio dapat memberikan pandangan yang lebih
baik tentang kondisi keuangan dan prestasi perusahaan bagi para analis yang
ahli dan berpengalaman dibandingkan analisis yang hanya didasarkan atas data
keuangan sendiri-sendiri yang tidak berbentuk rasio.
Rasio
keuangan adalah angka yang diperoleh dan hasil perbandingan dari satu pos
laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan
signifikan (berarti), misalnya antara Hutang dan Modal, antara kas dan Total
assets, dan sebagainya, sedangkan Analisa rasio menurut (Sundjaja, 1999: hal.
73) adalah “Suatu metode perhitungan dan
interprestasi rasio keuangan untuk menilai kinerja dan status suatu perusahaan”.
2.4.
Keunggulan Analisa Rasio
Analisa
rasio memiliki suatu kelebihan atau keunggulan dibandingkan teknik analisa lainnya,
adapun keunggulan analisa rasio adalah:
a)
Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang
lebih mudah dibaca dan ditafsirkan.
b)
Merupakan pengganti yang lebih sederhana dan merupakan
informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.
c)
Mengetahui posisi perusahaan ditengah industri lain.
d)
Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model
pengambilan keputusan dan model prediksi (Z
score).
e)
Menstandarisir size
perusahaan.
f)
Melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau “time series”.
g)
Lebih mudah melihat trend
perusahaan serta melakukan prediksi dimasa yang akan datang.
h)
Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan
lain.
2.5.
Keterbatasan Analisa Rasio
Disamping
keunggulan yang dimiliki oleh suatu analisa rasio, teknik analisa rasio juga
memiliki beberapa keterbatasan yang harus disadari sewaktu penggunaannya agar
kita tidak salah dalam penggunaanya. Adapun keterbatasan yang dimiliki oleh
suatu analisa rasio adalah:
1.
Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat
digunakan untuk kepentingan pemakainya.
2.
Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan
juga menjadi keterbatasan teknik seperti:
a.
Misi yang terkandung dalam laporan keuangan dan rasio adalah
nilai
perolehan (cost) bukan harga pasar.
perolehan (cost) bukan harga pasar.
b.
Metode pencatatan yang tergambar dalam standar akuntansi
bisa diterapkan berbeda oleh perusahaan yang berbeda.
3.
Jika data untuk menghituug rasio tidak tersedia maka akan
kesulitan dalam menghitung rasio.
4.
Sulit jika data yang tersedia tidak sinkron.
5.
Jika dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik dan
standar akuntansi yang
dipakai tidak sama, oleh karenanya jika dilakukan perbandingan bisa menimbulkan kesalahan.
dipakai tidak sama, oleh karenanya jika dilakukan perbandingan bisa menimbulkan kesalahan.
2.6.
Jenis-jenis Rasio Keuangan
Setiap
jenis rasio keuangan mempunyai kegunaan untuk analisis yang berbeda, dipandang
dari yang menggunakan dan tujuan penggunaan, untuk itu rasio keuangan terdiri
dari beberapa jenis rasio. Sesuai dengan tujuannya bahwa analisa rasio
digunakan untuk menilai kondisi keuangan perusahaan atau prestasi perusahaan
dengan membandingkan pos-pos yang terdapat di dalam laporan keuangan suatu
perusahaan, pada dasarnya rasio keuangan bisa dikelompokkan menjadi enam
kelompok rasio yaitu:
1.
Rasio Likuiditas
Rasio
likuiditas
merupakan suatu indikator mengenai kemampauan perusahaan-peruasahaan membayar
semua kewajiban fianansial jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan
menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Likuidiatas tidak hanya berkenaan
dengan keadaan keseluruhan keuangan perusahaan, tetapi juga berkaitan dengan
kemampuannya mengubah aktiva lancar tertentu menjadi uang kas.
Riyanto
(2008:25) menyatakan bahwa “likuiditas
adalah masalah yang berhubungan dengan masalah kemampuan suatu perusahaan untuk
memenuhi kewajiban financialnya yang segera harus dipenuhi”.
Yang
termasuk ke dalam rasio likuiditas adalah sebagai berikut:
a.
Current Ratio (Rasio Lancar)
Current
ratio merupakan perbandingan antara aktiva lancar dan kewajiban lancar dan
merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan suatu
perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Current ratio menunjukkan sejauh mana akitva lancar menutupi
kewajiban-kewajiban lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dan
kewajiban lancar semakintinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka
pendeknya.
Menurut (Sawir, 2009:10) “Current ratio yang rendah biasanya dianggap menunjukkan terjadinya
masalah dalam likuidasi, sebaliknya current ratio yang terlalu tinggi juga
kurang bagus, karean menunjukkan banyaknya dana menganggur yang pada akhirnya
dapat mengurangi kemampulabaan perusahaan”.
(Riyanto,
2001:28) menyatakan bahwa “apabila
mengukur tingkat likuiditas dengan menggunakan current ratio sebagai alat
pengukurnya, maka tingkat likuiditas atau current ratio suatu perusahaan dapat
dipertinggi dengan cara:
1.
Dengan utang lancar tertentu,
diusahakan untuk menambah aktiva lancar.
2.
Dengan aktiva lancar tertentu,
diusahakan untuk mengurangi jumlah utang lancar.
3.
Dengan mengurangi jumlah utang
lancar sama-sama dengan mengurangi aktiva lancar.”
Current ratio dapat dihitung dengan
formula:
b.
Quick Ratio (Rasio Cepat)
Rasio ini
disebut juga acid test rasio yang juga digunakan untuk mengukur kemampuan suatu
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Penghitungan quick ratio
dengan mengurangkan aktiva lancar dengan persediaan.
Hal ini
dikarenakan persediaan merupakan unsur aktiva lancar yang likuiditasnya rendah
dan sering mengalami fluktuasi harga serta menimbulkan kerugian jika terjadi
likuiditas. Jadi rasio ini merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan aktiva
lancar yang paling likuid mampu menutupi hutang lancar.
Sawir
(2009:10) mengatakan bahwa “quick ratio
umumnya dianggap baik adalah semakin besar rasio ini maka semakin baik kondisi
perusahaan”.
Quick
ratio dapat dihitung dengan formula :
c.
Cash ratio (Rasio Kas)
Rasio ini merupakan rasio yang menunjukkan posisi kas yang
dapat menutupi hutang lancar dengan kata lain cash ratio merupakan rasio yang
menggambarkan kemampuan kas yang dimiliki dalam manajemen kewajiban lancar tahun
yang bersangkutan.
Cash Ratio dapat dihitung dengan formula:
2.
Rasio Aktivitas
Rasio
aktivitas adalah rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan dalam
memanfaatkan semua sumber daya yang ada padanya. Semua rasio aktivitas ini
melibatkan perbandingan antara tingkat penjualan dan investasi pada berbagai
jenis aktiva. Rasio-rasio aktivitas menganggap bahwa sebaiknya terdapat
keseimbangan yang layak antara penjualan dan beragai unsur aktiva misalnya
persediaan, aktiva tetap dan aktiva lainya.
Yang termasuk ke dalam rasio
aktivitas adalah sebagai berikut:
a.
Total Assets Turn Over
(perputaran aktiva)
Total
assets turn over
merupakan perbandingan antara penjualan dengan total aktiva suatu perusahaan
dimana rasio ini menggambarkan kecepatan perputarannya total aktiva dalam satu
periode tertentu.
Total
assets turn over merupakan rasio yang menunjukkan
tingkat efisiensi penggunaan keseluruhan aktiva perusahaan dalam menghasilkan
volume penjualan tertentu (Syamsuddin,
2009:19).
Total
assets turn over
dihitung sebagai berikut:
b.
Working Capital Turn Over (Rasio
Perputaran Modal Kerja)
Perputaran
modal kerja merupakan perbandingan antara penjualan dengan modal kerja bersih.
Dimana modal kerja bersih adalah aktiva lancar dikurangi utang lancar.
Perputaran modal kerja merupakan rasio mengukur aktivitas
bisnis terhadap kelebihan aktiva lancar atas kewajiban lancar serta menunjukkan
banyaknya penjualan (dalam rupiah) yang dapat diperoleh perusahaan untuk tiap
rupiah modal kerja (Sawir,
2009:16).
Perputaran
modal kerja dihitung dengan rumus:
c.
Rasio Perputaran Aktiva Tetap (fixed
assets turnover)
Rasio ini merupakan perbandingan antara penjualan dengan
aktiva tetap. Fixed assets turn over
mengukur efektivitas penggunaan dana yang tertanam pada harta tetap seperti
pabrik dan peralatan, dalam rangka menghasilkan penjualan, atau berapa rupiah
penjualan bersih yang dihasilkan oleh setiap rupiah yang diinvestasikan pada
aktiva tetap
(Sawir, 2003:17).
Rasio ini
berguna untuk mengevaluasi kemampuan perusahaan menggunakan aktivanya secara
efektif untuk meningkatkan pendapatan. Kalau perputarannya lambat (rendah),
kemungkinan terdapat kapasitas terlalu besar atau ada banyak aktiva tetap namun
kurang bermanfaat, atau mungkin disebabkan halhal lain seperti investasi pada
aktiva tetap yang berlebihan dibandingkan dengan nilai output yang akan
diperoleh. Jadi semakin tinggi rasio ini berarti semakin efektif penggunaan
aktiva tetap tersebut.
Perputaran
aktiva tetap dihitung dengan rumus:
d.
Rasio perputaran persediaan (inventory
turnover)
Inventory turnover menunjukkan kemampuan dana yang
tertanam dalam inventory berputar dalam suatu periode tertentu, atau likuiditas
dari inventory dan tendensi untuk adanya overstock (Riyanto,
2008:334).
Rasio perputaran persediaan mengukur efisiensi pengelolaan
persediaan barang dagang. Rasio ini merupakan indikasi yang cukup popular untuk
menilai efisiensi operasional, yang memperlihatkan seberapa baiknya manajemen
mengontrol modal yang ada pada persediaan.
Ada dua masalah yang timbul dalam
perhitungan dan analisis rasio perputaran persediaan. Pertama, penjualan
dinilai menurut harga pasar (market
price), persediaan dinilai menurut harga pokok penjualan (at Cost), maka sebenarnya rasio
perputaran persediaan (at cost)
digunakan untuk mengukur perputaran fisik persediaan. Sedangkan rasio yang
dihitung dengan membagi penjualan dengan persediaan mengukur perputaran
persediaan dalam kas
(Sawir, 2003:15).
Rasio perputaran persediaan dihitung dengan rumus:
e.
Rata-rata umur piutang
Rasio ini mengukur efisiensi pengolahan piutang perusahaan,
serta menunjukkan berapa lama waktu yang diperlukan untuk melunasi piutang atau
merubah piutang menjadi kas. Rata-rata umur piutang ini dihitung dengan
membandingkan jumlah piutang dengan penjualan perhari. Dimana penjualan perhari
yaitu penjualan dibagi 360 atau 365 hari.
Rata-rata piutang ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
f.
Perputaran Piutang
Piutang yang dimiliki oleh suatu perusahaan mempunyai hubungan
yang erat dengan volume penjualan kredit. Posisi piutang dan taksiran waktu
pengumpulannya dapat dinilai dengan menghitung tingkat perputaran piutang
tersebut yaitu dengan membagi total penjualan kredit (neto) dengan
piutang rata-rata.
Perputaran piutang dapat diukur dengan rumus :
Makin
tinggi rasio (turnover) menunjukkan modal kerja yang ditanamkan dalam
piutang rendah, sebaliknya kalau rasio semakin rendah berarti ada over
investment dalam piutang sehingga memerlukan analisa lebih lanjut, mungkin
karena bagian kredit dan penagihan bekerja tidak efektif atau mungkin ada
perubahan dalam kebijak sanaan pemberian kredit.
3.
Rasio Hutang (Leverage)
Rasio
leverage adalah rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar
aktiva yang dimiliki perusahaan berasal dari hutang atau modal, sehingga dengan
rasio ini dapat diketahui posisi perusahaan dan kewajibannya yang bersifat
tetap kepada pihak lain serta keseimbangan nilai aktiva tetap dengan modal yang
ada. Sebaiknya komposisi modal harus lebih besar dari hutang.
Yang
termasuk dalam rasio leverage antara lain:
a. Rasio total hutang terhadap total
aktiva (debt ratio)
Rasio
total hutang terhadap total aktiva menunjukkan besarnya total hutang terhadap
keseluruhan total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Rasio ini hanya
merupakan persentase dana yang diberikan oleh kreditor bagi perusahaan.
Rumusnya sebagai berikut:
Debt ratio =
Total liabilities x 100 %
Total assets
b. Rasio total hutang terhadap total
ekuitas (debt to equity ratio)
Rasio
ini dapat digunakan untuk mengukur sampai seberapa besar jumlah rupiah modal
sendiri yang dijaminkan atas hutang. Semakin besar rasio ini akan semakin
menguntungkan perusahaan, sedangkan bagi pihak bank akan mengakibatkan semakin
besar risiko yang ditanggungnya. Rumusnya sebagai berikut:
Debt to equity ratio =
Total liabilities x 100 %
Common
equity
TD Equity = (Hut. Lancar + Hut. Jangka Panjang)/Jumlah Modal
Sendiri
c. Rasio kemampuan membayar bunga (times-interest
earned ratio)
Rasio
ini dapat digunakan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan perusahaan dalam
membayar beban bunga dan memenuhi pembayaran bunga bagi kreditor. Rumusnya
sebagai berikut:
Times-interest
earned ratio = EBIT / Interest expense
d. Total Debt To Total Capital Assets
Ratio
ini digunakan untuk mengukur bagian aktiva yang digunakan untuk menjamin
keseluruhan kewajiban atau hutang. Rumusnya sebagai berikut :
TD Capital Assets = (Aktiva Lancar +
Hutang Jangka Panjang) / Jml Aktiva
e. Long Term Debt to Equity Ratio
Ratio ini
digunakan untuk mengukur bagian dari modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk
hutang jangka panjang. Rumusnya adalah sebagai berikut :
LTD Equity
Ratio = Hutang Jangka Panjang / Modal Sendiri
f. Tangible Assets Debt Coverage
Rasio
ini digunakan untuk mengukur besar aktiva tetap tangible yang digunakan untuk
menjamin hutang jangka panjang, rumusnya adalah sebagai berikut :
TAD Coverage = ( Jml Aktiva + Tangible + Hutang Lancar)
Hutang Jangka Panjang
4.
Rasio Profitabilitas
Rasio
profitabilitas
merupakan rasio yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba selama periode tertentu dan juga memberikan gambaran tentang
tingkat efektifitas manajemen dalam melaksanakan kegiatan operasinya.
Efektifitas manajemen disini dilihat dari laba yang dihasilkan terhadap
penjualan dan investasi perusahaan. Rasio ini disebut juga rasio rentabilitas.
(Syafri,
2008:304) menyatakan bahwa “Rasio
profitabilitas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan
perusahaan dalam mendapatka laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada
seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan
sebagainya”
Rasio yang
termasuk rasio profitabilitas antara lain:
a.
Gross Profit Margin (Margin
Laba Kotor)
Gross profit margin merupakan rasio yang mengukur
efisiensi pengendalian harga pokok atau biaya produksinya, mengindikasikan
kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisien (Sawir, 2009:18).
(Syamsuddin, 2009:61) menyatakan bahwa: “Gross profit
margin merupakan persentase laba
kotor dibandingkan dengan sales. Semakin besar gross profit margin semakin baik keadaan operasi perusahaan,
karena hal ini menunjukkan bahwa harga pokok penjualan relatif lebih rendah
dibandingkan dengan sales, demikian pula sebaliknya, semakin rendah gross
profit margin semakin kurang baik operasi perusahaan”.
Gross profit margin dihitung dengan formula:
.
b.
Net Profit Margin (Margin
Laba Bersih)
Rasio
ini mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan. Semakin tinggi Net
profit margin semakin baik operasi suatu perusahaan.
Net profit margin dihitung dengan rumus:
c.
Rentabilitas Ekonomi/ daya laba
besar/ basic earning power
Rentabilitas
ekonomi merupakan perbandingan laba sebelum pajak terhadap total asset. Jadi
rentabilitas ekonomi mengindikasikan seberapa besar kemampuan asset yang
dimiliki untuk menghasilkan tingkat pengembalian atau pendapatan atau dengan
kata lain Rentabilitas Ekonomi menunjukkan kemampuan total aset dalam
menghasilkan laba.
(Sawir,
2009:19) berpendapat bahwa: “Rentabilitas
ekonomi mengukur efektifitas perusahaan dalam memanfaatkan seluruh sumberdaya
yang menunjukkan rentabilitas ekonomi perusahaan”.
Rentabilitas
Ekonomi dihitung dengan rumus:
Rentabilitas
ekonomi dapat ditentukan dengan mengalikan operating profit margin dengan asset
turnover. Menurut (Sawir, 2009:19), “Rendahnya
Rentabilitas Ekonomi tergantung dari: Asset Turnover dan Operating
Profit Margin”.
Menurut (Syamsuddin,
2009:61) “Operating profit margin
merupakan perbandingan antara laba usaha dan penjualan. Operating profit margin merupakan rasio yang menggambarkan apa
yang biasanya disebut pure profit yang diterima atas setiap rupiah dari
penjualan yang dilakukan”.
Operating
profit disebut
murni (pure) dalam pengertian bahwa jumlah tersebutlah yang benar-benar
diperoleh dari hasil operasi perusahaan dengan mengabaikan kewajiban- kewajiban
finansial berupa bunga serta kewajiban terhadap pemerintah berupa pembayaran
pajak. Apabila semakin tinggi operatig profit margin maka akan semakin baik
pula operasi suatu perusahaan.
Operating profit margin dihitung sebagai berikut:
d.
Return on Investment
Menurut (Syamsuddin, 2009:63) “Return on
investment merupakan perbandingan
antara laba bersih setelah pajak dengan total aktiva. Return on investment adalah merupakan rasio yang mengukur
kemampuan perusahaan secara keseluruhan didalam menghasilkan keuntungan dengan
jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia didalam perusahaan”.
Menurut (Syafri, 2008:63), “Semakin tinggi rasio ini semakin baik keadaan suatu perusahaan. Return on investment merupakan rasio
yang menunjukkan berapa besar laba bersih diperoleh perusahaan bila di ukur
dari nilai aktiva”.
Return on Investment dihitung dengan rumus:
Atau
dapat juga dihitung dengan: ROI = Net profit margin x Assets turn over
e. Return on Equity
Menurut (Syafri, 2008:305): “Return on
equity merupakan perbandingan antara
laba bersih sesudah pajak dengan total ekuitas. Return on equity merupakan suatu pengukuran dari penghasilan (income) yang tersedia bagi para
pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun pemegang saham preferen)
atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan”.
Menurut (Sawir 2009:20), “Return on
equity adalah rasio yang
memperlihatkan sejauh manakah perusahaan mengelola modal sendiri (net worth) secara efektif, mengukur
tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri
atau pemegang saham perusahaan. ROE menunjukkan rentabilitas modal
sendiri atau yang sering disebut rentabilitas usaha”.
Return on equity dapat dihitung dengan formula:
f.
Earning
per share (EPS)
Menurut (Syafri, 2008:306), Earning per share adalah rasio yang menunjukkan berapa besar
kemampuan perlembar saham dalam menghasilkan laba.
Menurut (Syamsuddin, 2009:66) “Earning per share merupakan rasio yang menggambarkan jumlah
rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasa.” Oleh karena itu
pada umumnya manajemen perusahaan, pemegang saham biasa dan calon pemegang
saham sangat tertarik akan earning per share. Earning per share
adalah suatu indikator keberhasilan perusahaan.
Earning per share dihitung dengan rumus:
5.
Rasio Pertumbuhan
Rasio pertumbuhan (growth ratio) mengukur kemampuan perusahaan
untuk mempertahankan
posisi ekonominya dalam pertumbuhan perekonomian dan industri. Rasio
pertumbuhannya pada dasarnya dilakukan dengan membandingkan data keuangan secara
historis (time series).
Analisis terhadap data
historis diperlukan untuk melihat trend yang mungkin timbul. Data historis
perusahaan sebaiknya juga dibandingkan dengan data historis industri, sehingga
diketahui apakah trend perusahaan bergerak relatif lebih baik terhadap trend
industri.
Rasio komprehensif
adalah rasio yang menunjukkan kinerja keuangan secara menyeluruh. Salah satu
pendekatan yang dapat digunakan adalah analisis menggunakan pendekatan DuPont.
DuPont mengembangkan
analisis yang memisahkan profitabilitas dengan pemanfaatan aset (asset
utilization). Analisis ini menghubungkan tiga macam rasio sekaligus, yaitu:
ROA, Profit Margin, Perputaran Aktiva
ROA = Profit margin x
Perputaran aktiva
Rasio pertumbuhan
menggambarkan persentasi pertumbuhan pos-pos perusahaan dari tahun ke tahun.
1.
Kenaikan Penjualan = Penjualan Tahun Ini - Penjualan
Tahun Lalu
Penjualan
Tahun Lalu
2.
Kenaikan Laba Bersih = Laba Bersih Tahun Ini - Laba
BersihTahun Lalu
Laba Bersih
Tahun Lalu
3.
Earning Per Share = Earning Per Share Tahun Ini -
Earning Per Share Tahun Lalu
Earning Per
Share Tahun Lalu
4.
Kenaikan DPS = DPSTahun Ini - DPS Tahun Lalu
DPS Tahun
Lalu
Keterangan : DPS = Dividen Per Share
6.
Rasio Penilaian
Rasio
ini bermanfaat untuk mengukur kemampuan manajemen dalam menciptakan nilai pasar
yang melampaui pengeluaran biaya investasi. Rasio penilaian (Valuation Ratio)
merupakan ukuran yang paling lengkap tentang prestasi perusahaan, karena
mencerminkan rasio risiko dan rasio pengembalian. Rasio ini sangat penting
karena rasio tersebut berkaitan langsung dengan tujuan memaksimumkan nilai
perusahaan dan kekayaaan para pemegang saham. Salah satu bagian dari rasio ini
adalah Price to Book Value (PBV).
Menurut
(Sutrisno, 2000 : 268), “Rasio PBV
digunakan untuk mengetahui seberapa besar harga saham yang ada di pasar
dibandingkan dengan nilai buku sahamnya”. Semakin tinggi nilai rasio ini
semakin besar tambahan kekayaan (wealth) yang dinikmati oleh pemilik perusahaan.
PBV
= Harga Saham / Nilai Buku Perusahaan.
Selain itu, model penilaian saham lain yang sering
dipergunakan adalah Pendekatan PER (Price Earning Ratio). Rasio ini membandingkan antara
harga saham (informasi yang diperoleh dari pasar modal) dan laba per lembar
saham yang diperoleh pemilik perusahaan (informasi yang disajikan dalam laporan
keuangan).
PER =
Harga Saham / EPS.
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
·
Rasio-rasio
likuiditas yang digunakan untuk menganalisis
laporan keuangan antara lain: Current Ratio (Rasio Lancar), Quick Ratio (Rasio
Cepat), dan Cash ratio (Rasio Kas).
·
Rasio-rasio
aktivitas yang digunakan untuk
menganalisis laporan keuangan antara lain: Total
Assets Turn Over (perputaran aktiva), Working Capital Turn Over
(Rasio Perputaran Modal Kerja), Rasio Perputaran Aktiva Tetap (fixed assets
turnover), Rasio perputaran persediaan (inventory turnover),
Rata-rata umur piutang, dan Perputaran Piutang.
·
Rasio-rasio
hutang (leverage) yang digunakan untuk
menganalisis laporan keuangan antara lain: Rasio total hutang terhadap total
aktiva (debt ratio), Rasio total hutang terhadap total ekuitas (debt
to equity ratio), Rasio kemampuan membayar bunga (times-interest earned
ratio), Total Debt To Total Capital
Assets, Long Term Debt to Equity
Ratio, dan Tangible Assets Debt
Coverage.
·
Rasio-rasio
profitabilitas yang digunakan untuk
menganalisis laporan keuangan antara lain: Gross
Profit Margin (Margin Laba Kotor), Net Profit Margin
(Margin Laba Bersih), Rentabilitas Ekonomi/ daya laba besar/ basic earning
power, Return on Investment, Return on Equity, dan Earning per share (EPS).
·
Rasio-rasio
pertumbuhan yang digunakan untuk
menganalisis laporan keuangan antara lain: Rasio komprehensif dengan menggunakan pendekatan
DuPont.
·
Rasio-rasio
penilaian yang digunakan untuk
menganalisis laporan keuangan antara lain: Price to Book Value (PBV) dan Price
Earning Ratio (PER).
3.2.
Saran
Dalam
menganalisis laporan keuangan perusahaan, perlu diperhatikan mengenai
komponen-komponen yang ada di dalam laporan keuangan yang perlu dianalisis
sebelum menentukan rasio keuangan yang harus digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
http://hafismuaddab.wordpress.com/2012/03/10/analisa-laporan-keuangan/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar